Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 3.2


OL_V02C02P01

2. Journey - Perjalanan
Part 3.2

Semua orang mulai melihat ke desa, yang pelan-pelan mulai tampak. Itu hanya desa sederhana yang terletak di sebelah hutan. Tak ada suasana aneh yang bisa dirasakan darinya dan tak ada hal menarik. Jadi, tak ada yang tahu, mengapa Nfirea tiba-tiba berhenti bicara.

"Ada apa Nfirea-san? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"Ah, lupakan. Hanya saja, pagar yang kuat ini, sebelumnya tak ada di sini…"

"Begitukah? Tapi setelah dilihat, kelihatannya tak ada hal yang spesial di desa ini, sama sekali. Jujur saja, pertahanan semacam ini cukup buruk, sebagai desa perbatasan, kan?

Desa ini terletak tepat di samping hutan. Jadi, mereka menggunakannya untuk menghentikan monster-monster. Tak aneh, jika ada pagar yang bahkan lebih kuat dari ini, kan?".

"Eh… apa yang kamu bilang memang benar... tapi, desa Carne dilindungi oleh Virtuous King of the Forest. Mereka tak pernah membutuhkan palisade (pagar kayu runcing) sebelumnya..."

Mereka semua melihat ke arah desa. Dari apa yang mereka bisa lihat, desa ini benar-benar dikelilingi oleh tembok. Bahkan beberapa di antaranya, dibuat dari kayu yang bisa hancur dengan mudah.

"Benar-benar aneh... apa yang telah terjadi di sini..."

Meskipun setelah mendengar pertanyaan pemuda yang merasa tak tenang itu, Ainz masih tak berkata apapun. Karena terakhir kalinya dia mengunjungi desa ini, adalah sebagai Magic Caster 'Ainz Ooal Gown'. Saat ini, dia adalah Adventurer Momon.

Ninya menyela dengan wajah yang serius.

"Mungkin, aku hanya terlalu khawatir... tapi, aku benar-benar ingat, desa ini berbeda dari saat terakhir kali aku datang kemari. Dan aku menyadari, dua perbedaan yang mencurigakan.

Salah satunya adalah, meskipun hingga sekarang aku tak melihat siapapun yang bekerja di ladang. Dan lainnya adalah jika beberapa dari gandum itu sudah dipanen."

Melihat ke arah Ninya menghadap, mereka bisa melihat dengan jelas, bagian dari ladang gandung yang telah dipanen.

"Oh begitu. Kalau begitu... apa sebenarnya yang terjadi di sini?"

Ainz dengan ekspresi tak tenang, berkata kepada semuanya.

"...Semuanya, tolong serahkan ini pada kami. Nabel, gunakan sihir [flight] milikmu, dan periksa desa itu."

Setelah mendengarkan instruksi Ainz, Nabel mengaktifkan sihir untuk menyembunyikan diri dan menghilang. Lalu, Narberal selesai merapal mantra [flight]-nya. Lalu, tak ada jejak sedikit pun darinya yang tertinggal.

Semuanya menunggu di jalanan. Lalu, figur Narberal tiba-tiba muncul kembali di tempat yang sama, dan dia memberikan laporan.

"...Penduduk desa bergerak dengan normal di dalam desa. Dan kelihatannya, mereka tak berada di bawah perintah dari siapapun. Ada juga ladang yang lain di sisi lain desa, di mana para penduduk sedang bekerja."

"...Kelihatannya, aku memang terlalu khawatir."

"Seharusnya, tak ada masalah. Kalau begitu, kita seharusnya melanjutkan... kan?"

Peter mendengar pendapat Nfirea dan Ainz, yang keduanya setuju.

Karena jalan menuju desa menjadi semakin sempit, kelompok itu membentuk satu barisan, dan berjalan menuju pintu masuk ke desa.

Ladang gandum yang tersebar di kedua sisi dari jalan, bergoyang tertiup angin. Dan itu mewarnai gandum itu dengan warna hijau.

Dari sudut pandang mereka, kelihatannya, mereka seperti tenggelam di dalam kolam hijau.

"Eh?"

Gerobak itu berderik maju, ketika Lukeluther yang berada di baris kedua, tiba-tiba berkata dengan suara yang membingungkan. Dan dengan hati-hati, dia melihat ke arah ladang gandum.

Meskipun ini belum waktunya panen, gandum itu sudah tinggi hingga mencapai 70cm. Itu membuatnya sulit untuk melihat ke arah lautan gandum itu.

"Ada apa?"

Ninya yang berjalan di belakangnya, bertanya dengan suara bingung.

"Eh? Tak apa-apa. Mungkin, itu hanya bayanganku saja?"

Kepala Lukeluther penuh dengan keraguan. Tap,i dia meningkatkan langkahnya, dan dengan cepat memangkas jarak antara dirinya dan Peter.

Ninya juga melihat ke arah yang sama. Meyakinkan jika tak ada gerakan, lalu dia bergerak maju dengan cepat.

Gandum itu bahkan tumbuh di jalanan desa. Itu membuatnya terlihat seperti dibanjiri oleh air laut. Untuk membuat jalan, mereka memutuskan untuk memotong gandum. Tapi dengan melakukan itu, pastinya itu akan membuat mereka terseret ke dalam masalah.

"Aku benar-benar berharap, penduduk desa akan merawat gandum-gandum ini dengan benar. Membiarkannya seperti ini, adalah pemborosan."

Peter yang bejalan di depan mereka, menginjak beberapa gandum, ketika armor-nya menyerempet itu. Melihat itu, Peter bergumam sendiri, merasa ada yang janggal dengan situasi ini.

Intuisinya yang sudah terasah melewati situasi berbahaya berkali-kali, memperingatkannya.

Apakah batang gandum yang hijau, akan jatuh semudah ini?

Melihat ladang itu dengan hati-hati, Peter menyadari ada sepasang mata yang menatapnya.

Ada makhluk kecil yang bisa menyembunyikan seluruh tubuhnya, di dalam ladang gandum. Meksipun dia tak bisa mengeluarkan tubuh yang sedang bersembunyi di ladang gandum, mereka pastinya bukan manusia.

"Apa?!"

Terkejut, Peter ingin berteriak memperingatkan teman-temannya. Tapi sebuah makhluk demi-human berkata terlebih dahulu.

"Bisakah kalian menurunkan senjata?"

Demi-human yang pendek itgu sudah menghunus senjatanya. Tak perduli seberapa cepat Peter bisa bergerak, musuhnya masih tetap lebih cepat.

"Oh-oh, tolong turunkan senjata kalian. Bisakah kamu menyampaikan pesan ini kepada orang-orang di belakangmu? Kami tak ingin menggunakan busur dan anak panah ini untuk membunuhmu."

Terdengar suara lembut datang dari tempat lain.

Dia melihat ke arah itu, dan menemukan lubang bersembunyi di ladang. Yang mana bagian atas dari demi-human itu bisa terlihat. Mereka juga menggunakan gandum itu untuk mengaburkan diri mereka.

Peter merasa ragu-ragu. Menurut ucapan makhluk ini, kelihatannya ada ruang untuk negosiasi.

"...Bisakah kamu mengampuni nyawa kami?"

"Tentu saja. Jika kamu menyerah."

Peter mengaku kalah.

Dia sudah berdiri di depan gerobak, dan memastikan tak ada anak panah yang akan sampai ke Nfirea, yang ada di gerobak. Dia juga menghitung jumlah musuh, dan komposisi pasukan mereka.

Penting sekali mengetahui tujuan musuh. Tapi sekarang, dia hanya bisa mengalah atau menolak proposal musuhnya.

Seakan mereka bisa melihat kebingungan Peter, dua demi-human tambahan berdiri, dan mengeluarkan bunyi gesekan.

"...Goblins."

Ninya berbisik.


Post a Comment for "Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 3.2"