Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 2.3


OL_V02C02P01

2. Journey - Perjalanan
Part 2.3

Kelompok Sword of Darkness tertawa lepas, saat mereka menertawakan Ninya, yang merasa cukup malu dan merasa ingin mencari lubang dan sembunyi di dalamnya.

Nama Sword of Darkness kelihatannya adalah rahasia di antara para anggota party.

"Sword of Darkness adalah pedang yang dimiliki oleh salah satu legenda Thirteen Heroes."

Peter mengatakannya dengan tersenyum. Tapi, dia tak menjelaskannya panjang lebar.

‘Terlalu samar, jika dia berhenti di sini...Yang aku tahu, Thirteen Heroes adalah pahlawan yang berada di level lain, yang mengalahkan Demon God yang mengamuk 200 tahun yang lalu. Aku tak tahu siapa mereka, atau perlengkapan yang mereka miliki...

Apakah tak tahu akan hal ini, akan membuatku malu? Ataukah aku seharusnya pura-pura tahu?’

Saat Ainz merasa bingung, Narberal menyela.

"Siapa itu?"

‘Menakjubkan.’

Ainz menunjukkan pose kemenangan di otaknya, sementara anggota Sword of Darkness terlihat terdiam.

Tak tahu akan item magic yang menjadi asal nama party mereka, mungkin sedikit mengagetkan.

"Jadi, Nabel-chan tak tahu. Itu bisa dimengerti. Meskipun dia adalah salah satu dari Thirteen Heroes, dia disebut penjahat. Karena yang lainnya percaya, jika dia adalah keturunan jahat. Bagiannya untuk sering dilupakan, ketika menceritakan legenda dari pahlawan yang melegenda… Dia disebut-sebut sangat kuat."

"Sword of Darkness adalah empat pedang yang digunakan oleh 'Dark Knight', salah satu dari Thirteen Heroes. Magic Sword [Chilling Lamp] bisa mengeluarkan darkness energy. Luka yang disebabkan oleh pedang yang berkarat [Crocodile], takkan pernah bisa sembuh. Death Sword [Space] mampu membunuh dengan sekali tebasan. Dan ada Evil Sword [Malice] yang kemampuannya tak diketahui."

"Oh…"

Semuanya tersenyum aneh, kepada respon tak tertarik Narberal.

Ainz memiringkan kepalanya, berpikir dalam-dalam. Karena deskripsi dari kemampuan spesial ini, terasa familiar baginya.

Setelah berpikir dengan hati-hati, gambar dari vampir tertentu muncul di kepalanya.

‘Kemampuan spesial ini mirip dengan job [Cursed Knight] milik Shalltear.’

Cerita dibalik Cursed Knight adalah jika mereka itu Paladin yang dikutuk, itu adalah job yang kuat di Yggdrasil. Tapi, karena banyak kekurangannya, jadi tak terkenal.

Beberapa skill seperti Cursed Knight bisa dipelajari, termasuk mengeluarkan gelombang kegelapan. Itu meninggalkan luka yang tak akan bisa disembuhkan oleh mantra healing tingkat dua, kutukan kematian, dan lainnya.

Ainz menyipitkan mata ilusi di dalam helm-nya, berpikir jika ini bukan suatu kebetulan.

Sword of Darkness mungkin memberikan skill spesial yang mirip dengan Cursed Knight. Tapi ada peluang yang tinggi, jika pahlawan ini terkena Cursed Knight.

Jika itu masalahnya, salah satu syarat untuk menjadi Cursed Knight adalah setidaknya level 60.

Tidak, menurut skill yang ia pelajari. Setidaknya, dia berada di level 70.

Demon God bertarung melawan pahlawan seperti itu. jadi, level mereka kira-kira sama. Tapi, Nigan dari Sunlight Scripture mengklaim Dominion of Authority yang mengalahkan Demon God. Jadi, Demon God tak sekuat pahlawan-pahlawan itu.

Menurut informasi yang ia dapat, kesimpulan yang paling logis adalah jika Demon God tak terlalu kuat. Tapi, satu-satunya cara untuk menemukan jawaban adalah; dengan mendapatkan pedang itu atau bertemu dengan pahlawan itu sendiri.

Sementara Ainz berpikir, kelompok itu melanjutkan bercakap-cakap. Ainz cepat-cepat kembali fokus pada percakapan mereka, agar tak melewatkan kesempatan apapun untuk mendapatkan informasi.

"…Menemukannya, adalah tujuan pertamaku. Ada banyak senjata legendaris. Ada beberapa yang terbukti nyata. Tapi tak diketahui, jika mereka masih ada hingga sekarang…"

"Ah, ada orang yang sudah memiliki salah satu dari Swords of Darkness itu."

Nfirea dengan tenang menjatuhkan ‘bom’, membuat seluruh anggota Sword of Darkness menoleh kepadanya.

"Si... Siapa itu!"

"Wah! Benarkah?! Itu artinya, hanya tinggal tiga!"

"Eh, sekarang kita tak bisa memberikannya masing-masing ke anggota..."

Nfirea menjawab dengan hati-hati.

"Ehm, ada kelompok adventurer yang menyebut dirinya 'Blue Rose'. Kapten mereka memiliki pedang itu."

"Oh, jika itu adalah kelompok adventurer yang menduduki peringkat adamantium. Maka, mau bagaimana lagi."

"Benar sekali. Tapi, karena hanya tinggal tiga pedang, ayo bekerja keras dan menjadi cukup kuat, untuk memperoleh itu semua."

"Kamu benar. Karena sudah ada satu, maka ketiga lainnya pasti juga ada. Aku harap, ketiganya tersembunyi di tempat yang tak diketahui oleh orang lain, sampai kita menemukannya."

"Ninya, catat ini pada diary-mu, agar tak lupa tentang ini."

"Dimengerti, aku akan menuliskannya. Tapi, itu adalah private diary-ku. Bukankah kalian seharusnya mencatat atau mengingatnya sendiri?"

"Meninggalkan catatan fisik itu bagus!"

"Apakah itu masalahnya? Dyne…"

"Tapi, kita memiliki ini."

"Apa itu?"

"Ini, Momon-san."

Peter mengeluarkan shortsword dengan empat permata, yang tertanam pada pangkal pedangnya. Dia mengeluarkannya, dan menunjukkan warnanya yang hitam.

"Sebelum mendapatkan yang asli, kami berencana untuk menggunakan ini sebagai simbol kami..."

"Menyebut diri kami dengan 'Blade of Darkness' daripada 'Sword of Darkness', itu tak apa-apa. Lagipula, tak ada yang asli atau yang palsu. Tak diragukan lagi, ini menjadi simbol bagi tim kami!"

"Eh... Lukeluther akhirnya bicara hal yang masuk akal!"

Anggota Sword of Darkness melepas tawa, terlihat harmonis.

Dipengaruhi oleh suasana, Ainz tersenyum bersama mereka. Perasaan mereka terhadap shortsword, sama seperti perasaan Ainz terhadap staff, simbol guild-nya.

Topik yang cocok untuk percakapan makan malam, muncul satu persatu. Anggota Sword of Darkness yang mayoritas memegang inisiatif, berbicara kepada Ainz, Narberal, dan Nfirea dari waktu ke waktu.

Ainz bergabung, tapi masih merasakan jarak dari anggota Sword of Darkness. Karena Ainz kurang pengetahuan tentang dunia ini, dan ragu-ragu akan kalimatnya. Itulah kenapa, dia tak bisa melebur dengan baik.

Hasilnya, Ainz sedikit bicara, membentuk lingkaran yang kegusaran.

Ketika mereka bicara kepada Narberal, dia akan menjawabnya dengan jawaban aneh. Jadi, mereka membiarkannya perlahan-lahan.

Nfirea mengatasinya dengan baik.

Dia telah hidup di dunia ini, dan lebih bisa beradaptasi dengan yang lainnya. Dia bisa bergabung dengan topik itu dengan mudah, dan bisa membaca mood-nya.

‘Bukan masalah besar. Aku juga memiliki teman-teman di masa lalu.’

Ainz mengeluarkan kejengkelannya, ketika melihat kelompok itu berbicara dengan riang, di bawah cahaya api camp.

Hubungan mereka hebat. Ini bisa diduga dari teman-teman yang menghadapi kematian bersama-sama.


Post a Comment for "Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 2.3"