Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 2.1
OL_V02C02P01
2. Journey - Perjalanan
Part 2.1
Kelompok itu sedang membuat persiapan untuk mendirikan tenda.
Walaupun, itu masih jauh, sebelum matahari terbenam.
Ainz memegang tonggak kayu, yang diserahkan kepadanya, dan menancapkan mereka di sekeliling tenda. Karena harus menampung seluruh logistik, diameter dari tenda itu sekitar 20m, cukup besar.
Dia memukul dengan palu tonggak-tonggak itu ke tanah, di
empat titik berbeda. Dan dia mengikatnya dengan tali hitam tipis, membentuk
persegi.
Dia lalu mengikat tali yang ada di tengah, menariknya ke
depan tenda, dan menyambungkannya dengan lonceng besar. Ini adalah jaring untuk
peringatan.
Sementara Ainz memasang tonggak-tonggak itu, Narberal datang
dari belakangnya.
‘...Narberal seharusnya sedang sibuk dengan tugasnya
sendiri... Akan sangat bagus, jika dia sudah menyelesaikannya. Tapi jika dia
diprovokasi oleh Lukeluther lagi, aku harus memberinya beberapa nasehat...’
Setelah membuat keputusan, Ainz menoleh kepadanya. Dan dia
melihat Narberal menekan emosinya yang hampir meledak, saat dia berkata dengan
nada yang rendah.
"...Seharusnya Momon-san tak perlu direpotkan dengan
tugas semacam ini, kan?"
Ainz menghela nafas lega, setelah mengetahui alasan
kemarahannya. Dia melihat Narberal, dan berkata dengan lembut.
"Semuanya sedang bekerja keras untuk membuat tenda. Akan
terlihat tak enak, jika hanya aku saja yang menganggur, kan?"
"Bukankah Anda sudah menunjukkan kekuatan tempur Anda
yang sangat mengagumkan, kepada mereka? Pekerjaan itu seharusnya cocok untuk orang
kuat seperti Anda. Sedangkan tugas seperti ini, seharusnya diserahkan kepada
yang lemah."
"Jangan berkata seperti itu. Dengar, kita sedang
menjalani debut sebagai seorang adventurer yang kuat. Tapi, jika kita tak ingin
meninggalkan image arogan. Kamu harus berhati-hati dalam cara bicara dan
bersikap."
Narberal mengangguk setuju, tapi dia terlihat tak puas. Dia
hanya melakukannya, karena perintah Ainz.
Melihat ekspresinya, kesetiaannya lah yang menekan rasa tak
puasnya.
Di sisi lain, Ainz khawatir, jika ini akan menjadi penyebab
mereka membuat kesalahan. Dia menikmati ruang terbuka yang luas.
Karena dia tak merasakannya, ketika di dunia nyata atau di
Yggdrasil, ini membuatnya segar.
Meskipun memakan waktu lama, aktivitas luar ruangan ini mengingatkan
Ainz, ketika bertualang di daerah yang tak diketahui di Yggdrasil.
‘Jika seluruh Great Tomb of Nazarick tak dipindahkan ke
dunia ini… dan aku di sini sendirian, aku mungkin akan pergi keliling dunia.’
Tubuh seorang undead tak membutuhkan nutrisi atau udara. Dia
mampu melangkahi gunung-gunung atau berjalan menuju lautan yang dalam, dengan
kakinya. Dia akan menikmati pemandangan yang tak diketahui di dunia, dengan
cara itu.
Tapi, ‘harta hidup’ yang ditinggalkan oleh teman-temannya,
sekarang melayaninya sebagai seorang bawahan. Jadi Ainz merasa, dia harus
mengambil peran sebagai seorang Overlord di Nazarick, untuk membayar kesetiaan
mereka.
Ainz mengesampingkan pemikiran ini, dan berkonsentrasi pada
tugas di tangannya. Setelah memalu empat tonggak dengan cukup dalam ke tanah
dan mengencangkan talinya, dia kembali ke tenda.
"Terima kasih atas kerja kerasmu."
"Tak usah disebutkan."
Lukeluther tak melihat Ainz, ketika dia menyapanya. Ini
sedikit tak sopan. Tapi Lukeluther tak sedang menganggur, dia sedang menggali
sebuah lubang, untuk kompor.
Magic Caster, Ninya sedang berjalan di sekeliling area, dan
merapalkan mantra.
Ini adalah mantra peringatan, 'Alarm', yang mana akan
memberi-tahukan bahaya, ketika ada yang mendekat. Memang itu tak bisa mencakup
area yang luas. Tapi, itu sudah cukup sebagai tindakan pencegahan.
Mantra yang tak ada di Yggdrasil ini, membuat Ainz
menyipitkan matanya. Dia diserahi tugas mengumpulkan sihir yang tak diketahui
kepada lainnya. Tapi, mantra yang tak diketahui ini masih merangsang jiwa
seorang Magic Caster, di dalam dirinya.
Mantra yang diaktifkan oleh Ninya, milik sistem sihir Ainz. Dan
itu paling dekat atau mirip dengan mantra-mantra Yggdrasil. Karena skill pasif
dari ras undead-nya [Wisdom of Darkness], Ainz mampu meningkatkan jumlah
mantra-mantra yang bisa ia pelajari.
‘Bisakah aku mempelajari sihir yang tak ada di Yggdrasil,
jika aku melakukan ritual dengan nyawa korban? Ataukah, ada jalan lain? Ada
banyak hal yang harus dipelajari...’
Ninya tahu jika Ainz sedang menatapnya. Dia tak ‘sejauh’
seperti ketika mereka bertemu pertama kali. Tapi dia masih dengan jelas
memberikan senyuman palsu, dan berjalan melewatinya.
"Ara, tak perlu melihat sedekat itu kan. Ini bukan hal
yang menarik, kan?"
"Aku penasaran tentang sihir. Dan aku sangat tertarik
pada apa yang Ninya sedang lakukan."
"Tidak mungkin... Aku jauh di belakang Nabel-san, dalam
hal ini."
"Tapi, kamu mengetahui sihir yang tak diketahui
Nabel."
Narberal menundukkan kepalanya sedikit. Tapi, Ainz tak melewatkan
hal itu. Meskipun cahaya itu redup, Ainz tak melewatkan jika Narberal
menundukkan kepalanya sedikit. Dia menjadi iri, tanpa tanda malu-malu.
"Aku juga ingin menggunakan sihir, seperti
Ninya-san?"
"Kamu serakah, Momon-san Kamu Anda sudah sangat kuat
dengan pedang, tapi masih melatih kekuatan sihir juga. Bukan, seharusnya aku
bilang, kamu memiliki sifat seorang adventurer, kan?"
"Sihir bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari, dalam
satu atau dua hari. Syarat pertama adalah kemampuan untuk ‘tersambung’ dengan
dunia. Tapi, mereka yang hanya memiliki potensi, yang bisa melakukannya dengan
mudah. Yang lainnya bisa dimengerti pelan-pelan dengan berjalannya waktu."
Lukeluther sedang bekerja keras untuk membuat lubang kompor,
dan berkomentar tanpa melihat ke atas. Ekspresi Ninya terlihat serius.
"Ya, Momon-san. Aku rasa, kamu memiliki potensi. Kamu
tidak seperti orang lain, kamu memiliki semacam... perasaan bukan manusia pada
dirimu?"
Ainz merasakan jantung yang memang tak ada, serasa meloncat.
Ninya sedikit tidak jelasm tapi dia kelihatannya menyadari jika Ainz adalah
seorang Undead.
Meskipun dia menggunakan mantra ilusi dan anti-informasi, sihir
yang tak diketahui dan skill unik-nya, mungkin bisa dengan mudah melihat siapa
Ainz sebenarnya. Jadi, Ainz dengan hati-hati bertanya.
"...Begitukah? Aku merasa, aku kuat. Tapi, itu tak
sampai sekuat non-human. Kamu sudah melihat wajahku. Jadi seharusnya kamu tahu,
kan?"
"Yang aku maksud bukan tampilan...Setelah melihat
kekuatanmu, aku tahu jika itu adalah dunia di luar dunia manusia. Membunuh Ogre
dengan sekali tebasan...Menjadi manusia, bukan hanya berdasarkan tampilan. Tapi,
kemampuan! Dan kamu juga memiliki gadis cantik seperti Nabel-chan bersamamu."
Jika kamu memikirkan ucapan Lukeluther dengan tenang. Dia
mengatakan, jika ilusi wajah yang Ainz tunjukkan, bukanlah wajah yang tampan.
Tapi, Ainz hanya bisa setuju, setelah mengingat bagaimana orang-orang yang ia
temui sejauh ini.
‘Ada banyak pria tampan dan gadis cantik di dunia ini.
Ciri-ciri dari orang-orang yang sedang berjalan, juga bagus. Setelah kemari,
cara diriku melihat wajahku sendiri, jatuh hingga dua tingkatan.’
"Tampilan dikesampingkan dulu, Lukeluther memang benar.
Orang-orang yang diketahui sebagai para pahlawan, tentu saja berada di dunia, di
luar dari dunia manusia biasa. Aku juga merasakannya."
"Tidak, kamu terlalu memujiku. Menyebutku sebagai
pahlawan... itu penghargaan yang terlalu hebat bagiku."
Post a Comment for "Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 2.1"
komentar dong