Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 1.4


OL_V02C02P01

2. Journey - Perjalanan
Part 1.4

Lukeluther menarik senar pada busurnya, sampai mulai berderak. Benang itu mengeluarkan suara menghentak, saat mendorong anak panah itu meluncur lurus… yang mendarat 10m dari goblin-goblin itu.

Serangan tiba-tiba itu membuat goblin mengejek Lukeluther, dengan tertawa.

Mereka mengejek tembakan yang meleset.

Goblin-goblin itu tak bisa mengenai target 120m. Tapi kelihatannya, mereka lupa akan hal itu.

Menjadi yang diserang dan keunggulan mereka dalam jumlah, membuat rasa sombong pada goblin membesar. Dan mereka mulai berteriak dengan keras, merangsek menuju Lukeluther tanpa ragu-ragu.

Para Ogre itu mengikuti dari belakang.

Mereka termakan oleh rasa haus darah. Mereka tak membentuk barisan ataupun mengangkat perisai. Otak mereka menjadi kosong.

Lukeluther tersenyum, setelah itu.

"Lihat ini…"

Dia menembak lagi, ketika jarak sudah 90m. Sasarannya tepat, dan anak panah itu menembus kepala goblin. Goblin yang terletak di belakang, mengejang beberapa langkah, dan jatuh tewas.

Jaraknya menjadi semakin dekat. Tapi, busur Lukeluther tak terlihat tegang. Dia percaya, jika seseorang akan melindunginya. Meskipun, musuhnya berada tepat di sampingnya.

"Reinforce Armor."

Di belakang Lukeluther, Ninya merapal mantra pertahanan. Mendengar suara temannya, Lukeluther melepaskan anak panah lain.

Dia menembak sasaran 50m, mengenai kepala goblin lain.

Saat ini, Peter dan Dine juga mulai bergerak.

Goblin itu cukup gesit, tapi gore memiliki langkah yang lebar. Jadi, kecepatannya terlihat sama. Tapi setelah berlari kecil sekitar 100m di dataran rumput, ogre dengan kaki mereka yang kuat, berada di depan, dengan goblin di belakang mereka.

Jaraknya masih sedikit terlalu jauh untuk mantra area luas, untuk melingkupi semua monster.

Tapi itu cukup, karena tugas Dine adalah menahan salah satu ogre.

"Nature Bind."

Dine merapal mantra, rumput-rumput di bawah kaki ogre mulai menggeliat. Itu berubah menjadi akar dan mengikatnya. Rantai kuat dari tumbuhan ini mengunci ogre di tempat. Dan itu membuatnya meraung frustasi.

Saat itu, Ainz dengan tenang maju ke depan, dengan Narberal di belakangnya.

Sikap mereka mengisyaratkan, jika mereka sedang jalan-jalan, daripada menghalau monster yang menyerang.

Saat ogre yang memimpin mendekati, Ainz menggenggam hulu pedang. Narberal merogoh jubahnya, dan mengeluarkan pedang.

Saat membuat tebasan busur besar, dua pedang muncul di depan Ainz.

Cahaya yang terang masuk ke mata mereka, membuat anggota Sword of Darkness ternganga.

Dua pedang di tangan Ainz sangat mencolok. Dan itu memiliki panjang sekitar 150 cm. Daripada disebut sebagai instrumen perang, itu terlihat seperti karya seni yang mahal.

Ukiran di mata pedangnya, terlihat seperti ular yang bertautan. Ujung pedangnya menyebar seperti kipas. Itu mengeluarkan pancaran yang dingin dan tajam.

Heroic Weapon.

Pedang di tangan Ainz adalah pedang dari pahlawan yang terkenal.

Tampilannya, membuat kelompok Sword of Darkness ternganga lagi. Jika pemandangan sebelumnya membuat mereka takjub. Yang sekarang, membuat mereka tak bisa berkata apapun.

Semakin panjang sebuah pedang, semakin berat itu. Bahkan, sebuah senjata yang sudah diberi mantra pengurang berat, tak akan mudah untuk digenggam.

Mereka tahu dari perjalanan pendek mereka sejauh ini, jika Ainz memiliki kekuatan lengan yang mengagumkan. Tapi, naluri dasar mereka tak bisa menerima, jika seseorang bisa menggunakan pedang yang sangat luar biasa besarnya itu, dengan mudah.

Tapi...

Tapi Ainz mengayunkan itu, seakan dia sedang menggenggam pentungan. Tebasan itu sangat menakjubkan.

"Momon-san... siapa kamu sebenarnya..."

Peter berbicara mewakili semuanya, saat dia menghela nafas. Sebagai seorang warrior, dia mengerti, seberapa besar kekuatan lengan yang dibutuhkan untuk menggunakan teknik sekuat itu.

Dia tak tahu, berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk berlatih, sebelum mencapai tingkatan seperti itu. yang mana membuatnya terkejut. Dia tahu, mereka berada di tingkat yang berbeda.

Tapi, pemandangan di depannya, masih membuat kakinya bergetar.

Bahkan, para goblin yang bodoh itu ketakutan dengannya, memperlambat kecepatan mereka yang sembrono, dan membelok menuju Peter dan yang lainnya.

Hanya Ogre yang bodoh itu, yang percaya diri pada kekuatan lengan, yang menyerang Ainz.

Jaraknya menjadi semakin dekat. Dan, Ogre yang memimpin itu mengangkat pentungannya.

Pedang di tangan Ainz memang besar. Tapi, pentungan Ogre itu memiliki jarak serangan yang luas.

Ketika Ogre mulai menyerang, Ainz sudah melangkah ke dalam jarak serangannya.

Dia seperti angin. Mengayunkan greatsword-nya di tangan kanan, dengan kecepatan yang bahkan lebih cepat. Bayangan cepat tebasan putih itu terlihat menebas ruang kosong.

Tebasan itu terlalu memaksa. Meskipun tak diarahkan kepada mereka, yang lainnya merasa jika seakan mereka menyaksikan kematian, tepat di samping mereka.

Dia mengakhirinya dengan satu serangan.

Ainz mengalihkan perhatiannya dari ogre di depannya, ke ogre lainnya. Seakan menunggu Ainz pergi, bagian atas dari ogre yang tertebas masih di sana sebentar, sebelum akhirnya jatuh ke tanah.

Separuh tubuh bawahnya masih berdiri. Darah dan organ terbang udara, memberikan bau yang tajam, dan mempertegas kenyataan, jika ini bukan ilusi.

Tebasan diagonal ke bawah, membuat potongan yang rapi.

Mereka masih di tengah pertempuran. Tapi, kedua pihak berhenti bergerak, seakan waktu telah berhenti, saat mereka menyaksikan pemandangan menakjubkan ini, tanpa bersuara.

Membunuhnya hanya dengan satu serangan. Bahkan, tubuh Ogre yang besar itu tak bisa lepas dari takdir untuk terpotong menjadi dua.

"Menakjubkan."

Seseorang bergumam lirih. Suara itu sangat jelas, di medan pertempuran yang sunyi ini.

"Tak bisa dibayangkan. Dia sudah melewati level Mithril dan mungkin adalah Orichalcum... Tidak, Jangan-jangan level Adamantium?"

Menebas dengan satu tebasan.

‘Itu tidak mungkin.’

Hanya sedikit swordsman atau mereka dengan senjata sihir kuat, yang mungkin bisa melakukannya. Tapi jika, kamu memegang Greatsword dua tangan dengan satu tangan. Maka, akan sulit untuk mengeluarkan kekuatan yang cukup untuk menebas musuhmu menjadi dua, dengan satu kali tebasan.

Itu adalah hal yang umum.

Dual-hand weapon, artinya dipegang dengan dua tangan. Maksudnya adalah dengan menggunakan keduanya, yaitu gaya sentrifugal tebasan dan berat pedang untuk menyerang.

Itu tak dimaksudkan untuk digunakan, hanya dengan kekuatan satu lengan.

Tapi entah pedang Ainz yang dimantrai dengan sihir kuat, atau kekuatan Ainz di satu tangan yang lebih kuat dari warrior, yang biasanya menggunakan dua tangan.

Atau, mungkin keduanya.

Melihat pemandangan yang mengagetkan ini, ogre tak sadar berhenti, saat mendekatkan jaraknya.

"Apa? Dia tak datang kemari?"

Suara yang lembut dan tenang, terdengar di medan pertempuran.

Pertanyaan sesederhana itu, sudah cukup untuk mengintimidasi ogre-ogre itu. Karena, mereka telah menyaksikan perbedaan kekuatan, di antara mereka.

Ainz semakin mendekat kepada ogre yang lain, dengan kecepatan yang menakjubkan. Sebuah kecepatan yang seharusnya tak dimilikinya, oleh orang yang menggunakan armor.

"Waarghh…!"


Post a Comment for "Overlord Vol 2 Chapter 2 Part 1.4"