Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 6 Chapter 1 Part 1.3



OL_V06C01P01

Introduction to the Royal Capital's Disturbance - Perkenalan Terhadap Kericuhan di Ibukota Kerajaan
Part 1.3

 

"…Aku berterima kasih kepada Ainz-sama atas kebaikannya."

"Tapi setiap kesalahan, ada harganya... Bunuh dia."

Suasana ruangan itu tertekan lagi. Dan rasanya, seakan suhu di ruangan itu turun beberapa derajat. Tidak, bukan begitu.

Satu-satunya orang yang merasakan itu adalah Sebas.

Semua orang yang lain dari Nazarick tidak bergeming.

Sebas menelan ludah.

Apa yang dia perintahkan untuk dibunuh? Tidak, tak perlu ditanya lagi. Kenyataan jika harus begini, membuat jantung dan mulut Sebas sama-sama berat.

"...Maafkan aku...!"

"Hmm… Maksudku adalah kamu singkirkan akar dari kesalahanmu. Dengan begitu, kamu bisa menebus dirimu. Jika ada satupun jejak kesalahan yang tersisa, itu akan membuat contoh yang tak baik untuk yang lain.

Kamu adalah head maid dari Nazarick. Seseorang yang berdiri di atas banyak orang lainnya. Jika seseorang dengan posisi sepenting itu tidak melakukan apapun, untuk menebus kesalahannya..."

Sebas mengeluarkan nafas dalam-dalam, dan menarik nafas sekali lagi. Dia yang tak mengelak di depan musuh terkuat pun, merasa seperti mangsa kecil yang disudutkan oleh seekor predator.

"Sebas, apakah kamu adalah orang yang mengikuti keputusan dari 41 Supreme Being… Ataukah kamu adalah seseorang yang mengikuti keputusanmu sendiri?"

"Itu adalah…"

"Tidak perlu menunjukkan kalimat apapun lagi. Tunjukkan padaku, tindakanmu."

Ainz menutup matanya dan membukanya lagi yang memang tak ada.

Ragu-ragu dalam sejenak, tidak, bahkan dalam sedetik itu pun adalah waktu ragu-ragu yang lama.

Itu adalah waktu yang cukup bagi seorang pelayan yang setia seperti Cocytus, Demiurge, dan Solution untuk menunjukkan rasa permusuhan sekali lagi. Dalam waktu itu, Sebas membuat kesimpulan.

Sebas adalah head maid Nazarick. Dia tidak lebih dari itu. Keragu-raguannya yang bodoh, menyebabkan situasi ini. Jika dia meminta izin sebelumnya, ini pasti tak akan terjadi.

Itu semua adalah kesalahannya.

Mata Sebas terlihat teguh. Dia berputar ke arah Tsuare, dan tangan Tsuare melepaskan pegangannya. Tangan itu melayang di udara untuk sesaat, karena ragu-ragu, sebelum jatuh terkulai.

Tsuare bisa mengerti keputusan mana yang dibuat oleh Sebas, setelah melihat wajahnya.

Dia tersenyum dan menutup matanya. Tak ada tanda ketakutan atau keputus-asaan darinya. Dia memiliki wajah seorang martyr, yang sudah siap menerima takdirnya.

Gerakan Sebas tak ada keraguan sama sekali. Sebas sangat tenang. Tindakannya menunjukkan, bagaimana tindakan seharusnya dari seorang pelayan setia dari Nazarick.

Tak ada alasan untuk tidak patuh terhadap perintah sang tuan.

‘Tak ada penyesalan. Hanya ada loyalitas.’

Sebas menggenggam tinjunya dengan erat, untuk memberinya satu sikap ampunan, yang bisa ia berikan. Sebuah kematian yang cepat. Tinjunya melayang ke arah kepala Tsuare.

Lalu…

…Sesuatu yang keras menghadang gerakan Sebas.

"…Mengapa kamu menghalangi?"

Tinju Sebas yang seharusnya bisa menghancurkan kepala Tsuare, telah ditahan. Salah satu lengan Cocytus, menangkap tinjunya.

Mencegah Sebas melakukan perintah tuannya, bukankah Cocytus tidak mematuhi perintah tuannya?

Tapi, rasa heran Sebas langsung hilang.

"Hentikan Sebas."

Saat dia akan menyerang untuk kedua kalinya, Sebas mematuhi ucapan Ainz. Tak ada teguran untuk Cocytus, tapi hanya perintah kepada Sebas untuk berhenti. Dengan kata lain, alasan Cocytus menghentikan Sebas, karena itu sudah direncanakan demikian.

Semuanya adalah sebuah akting, yang diatur untuk menguji loyalitas dan kemauan Sebas.

Tsuare membuka sedikit matanya dan memastikan, jika kematiannya tak akan segera terjadi. Saat ancaman kematian telah hilang, begitu juga dengan seluruh tekanan pada dirinya. Dan Tsuare terisak saat tubuhnya mulai gemetar.

Kakinya terlihat seakan mau roboh, tapi Sebas tidak menggenggamnya. Tidak, dia tak bisa menggenggamnya.

Apa yang mungkin bisa ia lakukan?

Dia adalah seorang pria yang telah membuangnya. Mengabaikan Tsuare yang tercengkeram oleh ketakutan, Cocytus dan Ainz mulai saling berbicara.

"Itu. Memang. Sebuah. Pukulan. Mematikan."

"Kalau begitu aku akan menyatakan, jika loyalitas Sebas tak lagi dipertanyakan. Kamu melakukan yang terbaik, Sebas."

"Ya!"

Sebas membungkuk dalam-dalam dengan ekspresi yang kaku.

"…Demiurge. Ada keberatan darimu?"

"Tidak ada."

"Cocytus."

"Tidak."

"...Victim?"

"!rewop eht evah I..... lluksyarG fo rewop eht yB."

(Tidak ada sama sekali)

"Kalau begitu, kita segera menuju ke masalah berikutnya."

Ainz berdiri dengan sebuah jentikan, dan membiarkan jubahnya berkibar, dengan lambaian lengannya.

"Berkat Sebas, kita sudah mengumpulkan banyak informasi. Tak ada alasan lagi untuk berada di sini, lebih lama lagi. Oleh karena itu, kita akan kembali ke Nazarick.

Sebas, aku akan serahkan kepadamu untuk menangani wanita itu. Aku ingin berkata demikian…

Selama loyalitasmu masih tidak berubah, aku tak akan ikut campur. Tapi, kita harus memeriksa dia sedikit, sebelum membiarkannya pergi. Akan jadi masalah, jika dia memutuskan untuk pergi kemana pun dan menceritakan ‘hal-hal liar’, bukankah begitu Demiurge?"

"Ya, memang begitu. Selama musuh yang tidak diketahui masih ada, kita harus mencegah setiap informasi yang membocorkan kita, sebisa mungkin."

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

"...Bolehkah aku menyerankan untuk mengujinya dulu?"

"Sebuah ide bagus... Sebas, mari kita tunda masalah menangani Tsuare, sedikit lebih lama. Kita tak akan membunuhnya. Tapi, itu juga bukan jaminan."

Sebas tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Karena kalimat ini masih mengindikasikan nasib Tsuare masih belum jelas. Bukankah ini berarti, jika Supreme One dari Nazarick tak mampu membuat keputusan langsung?

"Ainz-sama, apakah ini karena kesalahanku, kita harus mundur dari rumah… ibukota ini?"

"...Memang begitu, tapi tidak juga. Seperti yang aku bilang sebelumnya, kita sudah mendapatkan seluruh informasi yang kita butuhkan. Selamat tak ada alasan lain untuk tetap menyamar di sini… Aku memutuskan, jika akan lebih aman untuk mundur. Demiurge, aku akan membawa Victim dan kembali lebih dulu."

Ainz menerima janin malaikat itu, dan mengaktifkan sihirnya.

"[Greater Teleportation]."


Post a Comment for "Overlord Vol 6 Chapter 1 Part 1.3"