Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 6 Chapter 1 Part 1.2



OL_V06C01P01

Introduction to the Royal Capital's Disturbance - Perkenalan Terhadap Kericuhan di Ibukota Kerajaan
Part 1.2

 

Kalimat itu mengguncang suasana. Sebas buru-buru menjawab.

"Tentu saja tidak. Itu adalah kebodohanku, yang berpikir jika hal itu tak cukup penting untuk dilaporkan kepada Anda, Ainz-sama."

Suara hening memenuhi ruangan.

Empat nafsu membunuh menusuk tubunya: Cocytus, Demiurge, malaikat yang digenggam oleh Demiurge di tangannya, dan Solution.

Dengan sebuah perintah, mereka tak akan ragu untuk menyerang Sebas.

Tak ada rasa takut akan kematian. Mati untuk Nazarick adalah kehormatan tertinggi. Tapi, tercatat mati sebagai pengkhianat, membuat tubuh Sebas gemetar.

Bagi seorang ciptaan dari 41 Supreme Being, mati sebagai pengkhianat adalah rasa malu yang terbesar yang bisa terjadi. Ketika dahi Sebas penuh dengan keringat sekali lagi, Ainz berbicara.

"...Jadi yang kamu bilang, itu adalah keputusan bodohmu sendiri? Apakah itu maksudmu?"

"Ya, Ainz-sama. Maafkan tindakanku yang tidak bijaksana itu."

"...Hmm, begitukah... aku mengerti."

Setelah mendengar permintan maaf Sebas yang tulus, suara netral Ainz kembali sekali lagi. Seakan, tak ada lagi perintah untuk menghabisi Sebas, suasana di dalam ruangan kembali normal sekali lagi. Tapi, Sebas belum bisa tenang, karena perintah Ainz selanjutnya membuat jantung Sebas tenggelam.

"Solution. Bawa peliharaan Sebas kemari."

"Aku mengerti."

Setelah Solution pergi, pintu itu tertutup dengan lirih. Indera Sebas yang tajam, mencari langkah kaki Solution dari balik pintu, berjalan semakin menjauh.

Di tempat ini, ada empat makhluk heteromorfik: Ainz, Demiurge, Cocytus, dan malaikat yang berbentuk aneh.

Apakah alasan mengapa mereka tidak repot-repot menyembunyikan penampilan mereka, karena tidak perlu?

Jika seseorang dari Nazarick ingin membuat seseorang tak bisa berbicara lagi, membunuhnya adalah metode yang terbia. Tapi, sudah terlalu terlambat untuk berpikir demikian. Dia bisa merasakan dua orang yang mendekati pintu.

‘Apa yang harus aku lakukan?’

Sebas melihat ke arah atap yang kosong. Jika dia kemari, maka dia harus memutuskan. Hanya ada satu pilihan. Dia melihat ke arah Demiurge dan Ainz yang masih mengamatinya. Dan, tatapannya jatuh ke lantai sekali lagi.

Ada sebuah suara ketukan di pintu, lalu pintu itu terbuka.

Ada dua orang wanita yang berdiri di sana, seperti yang diduga.

"Aku telah membawanya."

Meskipun Sebas membelakanginya, dia bisa mendengar suara megap-megap dari Tsuare di pintu.

Mungkin, dia sedang panik, setelah melihat seorang devil, Demiurge.

Mungkin, dia ketakutan, setelah melihat serangga raksasa, Cocytus.

Mungkin, dia terperangah, setelah melihat Jelmaan kematian, Ainz.

Atau mungkin, karena semuanya.

Rasa tidak senang dari para guardian hanya semakin menguat, dengan keberadaan Tsuare di depan mereka. Dalam sisi lain, dia adalah perwujudan dari kesalahan dan kegagalan Sebas.

Tsuare tak bisa berhenti gemetar, dengan seluruh rasa permusuhan yang diarahkan kepadanya.

Di dunia ini, para guardian adalah makhluk tertinggi, dan seluruh makhluk lemah akan gemetar ketakutan, hanya dengan penampakan dari mereka. Fakta jika Tsuare tidak menangis, adalah sikap yang sudah luar biasa.

Sebas tidak melihat ke belakang. Tapi, dia bisa merasakan tatapan Tsuare yang terpaku padanya. Keberaniannya datang, dari kenyataan, jika Sebas ada di dalam ruangan yang sama.

"Cocytus, Demiurge, hentikan, belajarlah dari contoh Victim."

Dengan suara lembut Ainz, suasana berubah. Tidak, seharusnya bisa dikatakan, jika seluruh rasa permusuhan kepada Tsuare, telah hilang. Ainz mengulurkan lengan kirinya ke arah Tsuare, dan mengisyaratkan kepadanya untuk masuk.

"Masuklah, peliharaan baru Sebas, Tsuare."

Seakan terkena mantra, dia masuk ke dalam ruangan, dengan langkah yang goyah.

"Kamu tak mencoba lari, sangat pemberani sekali dirimu. Atau apakah kamu mendengar sesuatu dari Solution? Tergantung dari sikapmu, nasib Sebas akan diputuskan."

Tsuare yang gemetar terus-menerus, tidak bisa menjawab. Sebas merasa tatapan Tsuare terarah ke punggungnya, dengan kuat. Itu saja sudah membuatnya tahu, bagaimana perasaannya.

Tanpa ragu. Tsuare berdiri di belakang Sebas, saat dia masuk ke dalam ruangan.

Cocytus pelan-pelan bergerak dan berdiri di belakang Tsuare, seakan sedang menunggu sesuatu. Tsuare menggenggam sudut lengan baju Sebas.

Sebas bisa teringat ,ketika pertama kali dia menggenggam sudut lengan bajunya di lorong rumah b*rdir.

Mungkin jika dia bersikap lebih hati-hati dulu, ini tak akan terjadi.

Demiurge melihat ke arah Tsuare dengan sikap dingin dan tiba-tiba…

"Berlutu..."

… Suara jentikan jari terdengar.

Demiurge yang akan bicara mengerti maksud tuannya, dan menelan ucapan yang ingin ia katakan.

"…Tidak apa, Demiurge. Karena telah menunjukkan keberanian tidak lari… Aku, penguasa Nazarick akan memaafkan sikapnya yang kurang sopan."

"Maafkan aku sedalam-dalamnya."

Ainz mengangguk pelan, kepada permintaan maaf Demiurge.

"Kalau begitu..."

Kursi itu berderit, ketika titik beratnya berpindah.

"Pertama adalah perkenalan. Aku adalah Ainz Ooal Gown, tuan dari Sebas."

Begitulah…

41 Supreme Being, mereka mengendalikan segalanya, bahkan hidup dan mati Sebas. Deklarasi tuannya, jika dia adalah pelayan, membawanya dalam kegembiraan yang besar.

Sayangnya, kegembiraan itu hanya cukup kuat, untuk membuat punggungnya sedikit gemetar. Itu bukan karena Tsuare ada di sini. Karena untuk sesaat dia bahkan lupa, jika Tsuare ada di sana. Tidak, tapi hal lain.

Meskipun ketika Sebas memikirkannya, percakapan berlanjut.

"Ah... Aku..."

"Tidak apa, Tsuare. Aku hanya ingin tahu, jika kamu ada. Aku tidak tertarik dengan hal lainnya. Kamu hanya perlu di sana. Kamu akan segera tahu, mengapa aku memanggilmu."

"Kalau begitu..."

Cahaya merah di lubang mata Ainz bergerak.

"...Sebas, aku ingin mendengarnya darimu. Aku memerintahkanmu, untuk bertindak serahasia mungkin."

"Ya."

"Karena wanita yang tidak berguna ini, kamu membuat masalah lain yang mengjengkelkan, dan semakin berkembang, apakah aku benar?"

"Anda benar."

Tsuare sedikit terkejut, ketika penyebutan 'tidak berguna'. Tapi, Sebas tetap tidak bergeming.

"...Apakah kamu tidak berpikir, jika tindakan itu melanggar perintahku, dengan sengaja?"

"Aku minta maaf sedalam-dalamnya. Karena, pemikiranku yang dangkal, telah membuat Snda tidak senang. Aku akan berhati-hati, agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi…"

"…Tidak apa-apa."

"Tuanku?"

"Aku bilang tidak apa-apa."

Ainz membetulkan posturnya sekali lagi, dan kursi itu berderit.

"Semua orang membuat kesalahan. Sebas, aku memaafkan dosamu."


Post a Comment for "Overlord Vol 6 Chapter 1 Part 1.2"